Berbagi Cerita : Menikmati Pesona Savana Gunung Butak Malang (bagian 1)

Sebenernya ini postingan yang sedikit beda sih dari postingan sebelumnya, di postingan ini , saya ingin berbagi kisah suka - duka #ehh saat mendaki gunung butak di Malang. bukan kali pertama bagi saya untuk mendaki gunung, gunung butak adalah gunung kesekian yang saya daki. Disini saya bercerita tentang asal mulanya saya tertarik dengan gunung butak. Belum bercerita saat pendakiannya. ^^

Pertengahan februari lalu , salah satu sahabat saya yang memiliki hobby yang sama - mendaki - menghubungi saya. Dia menyapa saya via bbm dan berkata "fro , ayo daki gunung" . Wah, perasaan saya sedikit senang saat menerima pesan singkat ini. Karena hampir 10bulan saya sudah vakum -bukan vacum cleaner lho ya- untuk mendaki. Lalu, saya membalasnya singkat "daki gunung mana?" , tak lama kemudian ia membalasnya lagi "gunung butak Fro". Disini saya baru pertama kali mengetahui , kalo ternyata ada gunung yang namanya "Gunung Butak" , dan saya merasa asing , sempat berpikir , itu kok kayanya gunung yang namanya kurang terkenal yaa, apa memang saya saja yang belum mengenal butak alias kudet. Kalo gunung gunung yang terkenal di daerah saya (daerah Jawa Timur) kan , ada gunung Arjuno, Penanggungan, Welirang, Semeru (kalo yg ini pasti terkenal di seluruh pelosok negeri), Argopuro, Lawu, dll. Tanpa pikir panjang , saya membalasnya "gunung butak daerah mana sih?" . Yah, ini nih, karena saya belum sempat browsing  tentang gunung butak , yaa sudah, saya tanya langsung dia nya. Trus dengan singkat lagi dia membalas "di Malang Fro". Wihh , di Malang ? Sempat kaget sih, karena saya belum pernah sama sekali daki gunung di daerah Malang dan kepikiran juga kalau gunung nya di daerah Malang, ya artinya dekat dengan daerah kampus saya (kebetulan saya kuliahnya di Malang hehe). Dengan pertimbangan yang cukup panjang , kemudian saya membalasnya "belum bisa janji ikut ya", disisi lain saya punya aktivitas rutin di luar kampus yaitu menjadi tentor privat yang tiap hari keliling Kota Malang , menyusuri rumah demi rumah untuk ngajar hehe, lumayan lah buat rutinitas. 

Singkat cerita, seminggu sebelum berangkat, sahabat saya sempat bbm lagi, dan bilang "Fro ayo ikut. Aku seminggu lagi berangkat. Ntar ku jemput di kosan kamu. Gak usah pulkam, aku yang kesana" dan saya balas "maaf kayanya gak bisa ikut deh, aku ada jadwal ngeles tanggal itu". yah sebenernya sampai saat itu, saya belum pernah tertarik dengan gunung butak karena belum sempat browsing kali yaa. kemudian dia bbm lagi , "nanti kalo mau ikut bilang aja, aku jemput". Dan sampai dia bbm kaya ini, saya belum berminat sama sekali daki gunung butak. Masih sempat mikir "apa bagusnya sih gunung butak?" , penasaran tapi ga ada usaha buat browsing (heheuuu, dasar pemalas).

Nah, sampailah pada tanggal 20 Maret 2015 , tepatnya pada hari jumat siang, sahabat saya bbm lagi , dan bilang "yakin gak mau daki gunung butak ? ntar nyesel lho. aku nanti malam berangkat, kalo kamu mau ikut, ku jemput di kosan" . hmmm, saya mulai bimbang sih, antara ikut atau enggak. Nah, baru jumat siang, saya sempatin browsing tentang gunung butak, browsing gambar dan jalur pendakiannya. Saat browsing, sempat ngelihat salah satu foto savanna gunung butak yang menurut saya itu baguuus dan berhasil bikin naluri mendaki tumbuh lagi. Saat itu pula, saya browsing tentang jalur pendakian gunung butak, ternyata gunugn butak bisa didaki lewat Blitar, Dau - Malang , dan Panderman. Nah, disini saya mulai penasaran, membaca banyak artikel tentang jalur pendakian gunung butak. (bersambung....)


Foto yang bersumber dari om Google ini berhasil membuat naluri mendaki saya tumbuh lagi. Sempat mikir kalo savanna nya mirip (meskipun gak mirip) dengan bukit teletubbies di kawasan gunung bromo.

Jangan lupa kalo mau liat liat foto perjalanan saya , di instagram.com/ifronia gak digembok kok ig nya :p

Comments

Popular posts from this blog

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTROLISIS

LAPORAN PRAKTIKUM ENZIM KATALASE

Laporan Praktikum Uji Karbohidrat, Protein, dan Lemak pada Makanan